(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Ustadz, saya pernah mendengar cerita tentang orangtua yang sudah divonis masuk surga, tetapi kemudian dibatalkan hingga akhirnya dia masuk neraka bersama anaknya. Hal itu disebabkan karena anaknya menuntut kalau orangtuanya tidak pernah memperhatikan agamanya sewaktu di dunia, sementara orangtuanya sibuk dengan urusan ibadahnya sendiri. Boleh saya tahu Ustadz, apakah cerita tersebut shahih ataukah tidak? Apakah cerita tersebut ada dalam hadits Nabi Muhammad saw.?
Dulu saya sempat penasaran dengan cerita yang pernah disampaikan oleh KH Zaenuddin MZ melalui taushiahnya di salah satu radio tersebut. Karena itu, saya pun ingin menanyakannya kepada Ustadz. Syukron katsiron atas penjelasannya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb. ….
Jawaban:
Wa’alaikumussalam Wr. Wb.
Saudaraku yang terhormat, saya juga pernah mendengar cerita seperti itu, namun saya belum tahu siapa yang meriwayatkannya dan bagaimana kualitas riwayatnya. Setelah saya berusaha untuk mencarinya, saya tidak menemukan riwayat yang berkaitan dengan cerita tersebut, yang periwayatnya disebutkan secara jelas, sehingga saya tidak bisa menganalisa kualitas riwayatnya. Saya hanya menemukan atsar (perkataan sahabat atau tabi’in) dalam sebuah buku, tetapi itu pun tidak disebutkan siapa periwayatnya, hanya disebutkan sumber kutipannya saja. Riwayat yang saya maksud adalah sebagai berikut:
“Telah dikabarkan kepada kami bahwa seorang anak akan tergantung di leher ayahnya pada hari kiamat nanti. Lalu dia berkata: ‘Wahai Rabbku, ambillah hakku dari orang yang menzhalimiku ini!’ Sang ayah berkata: ‘Bagaimana aku menzhalimimu, sedangkan aku telah memberimu makan dan pakaian?’ Sang anak berkata: ‘Benar, engkau telah memberiku makan dan pakaian, tetapi engkau melihatku melakukan
maksiat dan engkau tidak melarangku.'” (Dikutip dari Majalah Az-Zahur, Sya’ban 1420 H)
Terlepas dari pembahasan mengenai kualitas riwayat tersebut, shahih ataukah tidak, tetapi yang jelas makna yang terkandung di dalamnya sama sekali tidak bertentangan dengan makna-makna yang terkandung dalam Al-Qur`an dan hadits-hadits shahih. Dalam QS. At-Tahriim (66): 6, Allah swt. berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”
Mengenai tafsir ayat ini, Qatadah berkata: “Perintahkan mereka untuk taat kepada Allah dan laranglah mereka dari perbuatan maksiat kepada-Nya. Bantulah mereka untuk mengerjakan perintah Allah. Apabila kamu melihat mereka melakukan kemaksiatan, maka tegurlah!” Ibnu Jarir juga berkata: “Kita wajib untuk mengajarkan anak-anak kita tentang agama Islam, kebaikan dan adab!” Sedangkan Ibnu Umar berkata: “Didiklah anakmu, karena kelak kamu akan ditanya tentang pendidikan dan pengajaran seperti apa yang telah kamu berikan kepada anakmu. Anakmu juga akan ditanya tentang bagaimana dia berbakti dan berlaku taat kepadamu.”
Dari penjelasan para mufassir tersebut, dapat difahami bahwa ayat ke-6 dari QS. At-Tahriim itu merupakan sebuah perintah tegas kepada seorang Muslim untuk menjaga keluarganya dari siksa api neraka, yaitu dengan cara memperhatikan pendidikan agama mereka dan selalu memperhatikan tindak-tanduk mereka. Karena sebuah kewajiban, maka bila perintah tersebut tidak dipatuhi atau tidak dijalankan dengan baik oleh seorang Muslim, maka tentunya ada konsekuensi yang akan dia dapatkan di akhirat nanti.
Hal senada juga dapat difahami dari hadits shahih yang berbunyi: “Seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.” (HR Bukhari dan Muslim) Hadits ini juga mengisyaratkan bahwa bila seorang Muslim tidak mendidik anaknya dengan baik, maka kelak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas tugasnya di dunia itu, dan tentunya ada konsekuensi yang akan dia dapatkan.
Baca Juga :
Selain itu, ada juga hadits yang menegaskan bahwa seorang hamba akan diangkat erajatnya di surga karena permohonan ampunan untuknya yang dilakukan oleh anaknya yang shaleh. Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ahmad, dan dianggap shahih oleh Ibn Katsir. Bila seorang hamba mendapatkan hasil yang baik karena dia telah mendidik anaknya dengan baik sehingga menjadi anak yang shaleh yang memohonkan ampunan untuknya, maka dapat difahami secara mafhum mukhalafah (pengertian terbalik), bahwa seorang hamba juga akan mendapatkan hasil yang tidak baik bila dia lalai dalam memperhatikan dan mendidik anaknya sewaktu di dunia. Wallaahu A’lam….
Sumber : .sholihah.web.id
Ustadz, saya pernah mendengar cerita tentang orangtua yang sudah divonis masuk surga, tetapi kemudian dibatalkan hingga akhirnya dia masuk neraka bersama anaknya. Hal itu disebabkan karena anaknya menuntut kalau orangtuanya tidak pernah memperhatikan agamanya sewaktu di dunia, sementara orangtuanya sibuk dengan urusan ibadahnya sendiri. Boleh saya tahu Ustadz, apakah cerita tersebut shahih ataukah tidak? Apakah cerita tersebut ada dalam hadits Nabi Muhammad saw.?
Baca Juga : Jangan Dicabut! Ia Akan Menjadi Cahaya di Hari Kiamat uban -
Dulu saya sempat penasaran dengan cerita yang pernah disampaikan oleh KH Zaenuddin MZ melalui taushiahnya di salah satu radio tersebut. Karena itu, saya pun ingin menanyakannya kepada Ustadz. Syukron katsiron atas penjelasannya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb. ….
Jawaban:
Wa’alaikumussalam Wr. Wb.
Saudaraku yang terhormat, saya juga pernah mendengar cerita seperti itu, namun saya belum tahu siapa yang meriwayatkannya dan bagaimana kualitas riwayatnya. Setelah saya berusaha untuk mencarinya, saya tidak menemukan riwayat yang berkaitan dengan cerita tersebut, yang periwayatnya disebutkan secara jelas, sehingga saya tidak bisa menganalisa kualitas riwayatnya. Saya hanya menemukan atsar (perkataan sahabat atau tabi’in) dalam sebuah buku, tetapi itu pun tidak disebutkan siapa periwayatnya, hanya disebutkan sumber kutipannya saja. Riwayat yang saya maksud adalah sebagai berikut:
“Telah dikabarkan kepada kami bahwa seorang anak akan tergantung di leher ayahnya pada hari kiamat nanti. Lalu dia berkata: ‘Wahai Rabbku, ambillah hakku dari orang yang menzhalimiku ini!’ Sang ayah berkata: ‘Bagaimana aku menzhalimimu, sedangkan aku telah memberimu makan dan pakaian?’ Sang anak berkata: ‘Benar, engkau telah memberiku makan dan pakaian, tetapi engkau melihatku melakukan
maksiat dan engkau tidak melarangku.'” (Dikutip dari Majalah Az-Zahur, Sya’ban 1420 H)
Terlepas dari pembahasan mengenai kualitas riwayat tersebut, shahih ataukah tidak, tetapi yang jelas makna yang terkandung di dalamnya sama sekali tidak bertentangan dengan makna-makna yang terkandung dalam Al-Qur`an dan hadits-hadits shahih. Dalam QS. At-Tahriim (66): 6, Allah swt. berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”
Mengenai tafsir ayat ini, Qatadah berkata: “Perintahkan mereka untuk taat kepada Allah dan laranglah mereka dari perbuatan maksiat kepada-Nya. Bantulah mereka untuk mengerjakan perintah Allah. Apabila kamu melihat mereka melakukan kemaksiatan, maka tegurlah!” Ibnu Jarir juga berkata: “Kita wajib untuk mengajarkan anak-anak kita tentang agama Islam, kebaikan dan adab!” Sedangkan Ibnu Umar berkata: “Didiklah anakmu, karena kelak kamu akan ditanya tentang pendidikan dan pengajaran seperti apa yang telah kamu berikan kepada anakmu. Anakmu juga akan ditanya tentang bagaimana dia berbakti dan berlaku taat kepadamu.”
Dari penjelasan para mufassir tersebut, dapat difahami bahwa ayat ke-6 dari QS. At-Tahriim itu merupakan sebuah perintah tegas kepada seorang Muslim untuk menjaga keluarganya dari siksa api neraka, yaitu dengan cara memperhatikan pendidikan agama mereka dan selalu memperhatikan tindak-tanduk mereka. Karena sebuah kewajiban, maka bila perintah tersebut tidak dipatuhi atau tidak dijalankan dengan baik oleh seorang Muslim, maka tentunya ada konsekuensi yang akan dia dapatkan di akhirat nanti.
Hal senada juga dapat difahami dari hadits shahih yang berbunyi: “Seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.” (HR Bukhari dan Muslim) Hadits ini juga mengisyaratkan bahwa bila seorang Muslim tidak mendidik anaknya dengan baik, maka kelak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas tugasnya di dunia itu, dan tentunya ada konsekuensi yang akan dia dapatkan.
Baca Juga :
Selain itu, ada juga hadits yang menegaskan bahwa seorang hamba akan diangkat erajatnya di surga karena permohonan ampunan untuknya yang dilakukan oleh anaknya yang shaleh. Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ahmad, dan dianggap shahih oleh Ibn Katsir. Bila seorang hamba mendapatkan hasil yang baik karena dia telah mendidik anaknya dengan baik sehingga menjadi anak yang shaleh yang memohonkan ampunan untuknya, maka dapat difahami secara mafhum mukhalafah (pengertian terbalik), bahwa seorang hamba juga akan mendapatkan hasil yang tidak baik bila dia lalai dalam memperhatikan dan mendidik anaknya sewaktu di dunia. Wallaahu A’lam….
Sumber : .sholihah.web.id
0 komentar:
Post a Comment