(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Bahasa Penduduk Surga, Bukan Bahasa Arab?
Benarkah bahasa penduduk surga itu bahasa arab? Dan penduduk neraka berbahasa selain arab?
Mohon pecerahannya.
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Terdapat riwayat dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu secara marfu’, yang menyatakan,
أحبوا العرب لثلاث لأني عربي ، والقرآن عربي ، وكلام أهل الجنة عربي
“Cintailah arab karena 3 hal, (1) karena saya orang arab, (2) karena al-Quran berbahasa arab, dan (3) bahasa penduduk surga adalah bahasa arab.”
Hadis ini diriwayatkan at-Thabrani dalam al-Ausath, al-Hakim dalam al-Mustadrak dan Baihaqi dalam Syuabul Iman. Dalam sanadnya terdapat perawi bernama al-Alla bin Amr, yang oleh ad-Dzahabi dinilai matruk. Dan beliau menyebut hadis ini sebagai hadis palsu. Kemudian Abu Hatim menilainya pendusta. Hingga Imam al-Albani mennyebutkan bahwa ulama sepakat hadis ini palsu. (Silsilah al-Ahadits ad-Dhaifah, 1/293).
Karena itu, Syaikhul Islam menegaskan bahwa hadis ini tidak bisa jadi dalil.
Dalam al-Iqtidha, ketika beliau membahasa hadis ini, beliau menyatakan,
وأبو الفرج بن الجوزي ذكر هذا الحديث في الموضوعات ، وقال : قال الثعلبي : لا أصل له ، وقال ابن حبان : يحيى بن زيد يروي المقلوبات عن الأثبات ، فبطل الاحتجاج به
“Ibnul Jauzi mencantumkan hadis ini dalam kitab al-Maudhu’at (daftar hadis palsu). Beliau menyebutkan bahwa at-Tsa’labi menilainya, ‘La ashla lahu’ (tidak ada sumbernya). Sementara Ibnu Hibban menyebutkan bahwa Yahya bin Zaid (salah satu perawi hadis ini) meriwayatkan dari perawi yang tsiqqah kebalik-balik. Sehingga tidak bisa jadi dalil. (Iqtidha as-Shirat al-Mustaqim, 1/443)
Kemudian, disebutkan dalam riwayat dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu secara marfu’,
أنا عربي ، والقرآن عربي ، ولسان أهل الجنة عربي
“Saya orang arab, al-Quran berbahasa arab, dan penduduk surga berbahasa arab.”
Hadis ini juga diriwayat at-Thabrani dalam Mu’jam al-Ausath, dan ulama menilainya sebagai hadis palsu. (Silsilah ad-Dhaifah, 1/298).
Dalam Fatwa Islam disimpulkan,
والحاصل أنه لم يرد دليل صحيح يبين اللغة التي يتكلم بها أهل الجنة
Kesimpulannya, tidak terdapat dalil shahih yang menjelaskan tentang bahasa yang digunakan penduduk surga. (Fatwa Islam, no. 83262)
Apa Bahasa Penduduk Surga?
Syaikhul Islam pernah ditanya,
بماذا يخاطب الناس يوم البعث ؟ وهل يخاطبهم الله تعالى بلسان العرب ؟ وهل صح أن لسان أهل النار الفارسية وأن لسان أهل الجنة العربية ؟
Apa bahasa yang digunakan pada hari kiamat? Apakah Allah mengajak bicara makhluknya dengan bahasa arab? Apakah benar, bahasa penduduk neraka adalah bahasa persi, sementara bahasa penduduk surga adalah bahasa arab?
Jawaban Syaikhul Islam,
الحمد لله رب العالمين لا يُعلم بأي لغة يتكلم الناس يومئذ ، ولا بأي لغة يسمعون خطاب الرب جل وعلا ؛ لأن الله تعالى لم يخبرنا بشيء من ذلك ولا رسوله عليه الصلاة والسلام ، ولم يصح أن الفارسية لغة الجهنميين ، ولا أن العربية لغة أهل النعيم الأبدي ، ولا نعلم نزاعا في ذلك بين الصحابة رضي الله عنهم ، بل كلهم يكفون عن ذلك لأن الكلام في مثل هذا من فضول القول
Segala puji bagi Allah, Rabbul ‘alamin,
Kita tidak tahu, bahasa apa yang Allah gunakan untuk berkomuniasi pada hari kiamat. Kita juga tidak tahu, bahasa apa yang didengar oleh para makhluk ketika mereka berkomunikasi dengan Tuhannya. Karena Allah tidak menceritakan hal itu sama sekali, demikian pula Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan tidak ada riwayat yang shahih bahwa bahasa persi adalah bahasa penduduk neraka. Demikian pula, tidak ada riwayat shahih bahwa bahasa arab adalah bahasa penduduk surga. Dan kita juga tidak tahu adanya diskusi para sahabat Radhiyallahu ‘anhum tentang masalah ini. Bahkan mereka semua tidak memberikan komentar tentng bahasa kelak di akhirat. Karena membahas masalah ini termasuk pembahasan sia-sia.
Kemudian, Syaikhul Islam melanjutkan,
ولكن حدث في ذلك خلاف بين المتأخرين ، فقال ناس : يتخاطبون بالعربية ، وقال آخرون : إلا أهل النار فإنهم يجيبون بالفارسية ، وهى لغتهم في النار . وقال آخرون : يتخاطبون بالسريانية لأنها لغة آدم وعنها تفرعت اللغات . وقال آخرون : إلا أهل الجنة فإنهم يتكلمون بالعربية . وكل هذه الأقوال لا حجة لأربابها لا من طريق عقلٍ ولا نقل بل هي دعاوى عارية عن الأدلة والله سبحانه وتعالى أعلم وأحكم
Hanya saja, terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama belakangan. Sebagian mengatakan, Allah berkomunikasi dengan bahasa arab. Ada juga yang mengatakan, untuk penduduk neraka mereka berkomunikasi dengan bahasa persi. Dan itu menjadi bahasa mereka di neraka.
Ada juga yang mengatakan, komunikasi mereka dengan bahasa Suryani. Karena ini bahasa yang digunakan Nabi Adam. Dan semua bahasa turunan darinya. Kecuali ahli surga, mereka berbicara dengan bahasa arab.
Dan semua pendapat ini, tidak memiliki dasar pijakannya. Baik secara logika maupun dalil yang shahih. Ini semua hanya klaim tanpa dalil. Dan Allah ta’ala Maha Tahu dan Maha Bijaksana. (Majmu’ Fatawa, 4/300).
Nasehat yang sangat indah dari Syaikhul Islam, masalah bahasa di akhirat, sebaiknya tidak perlu banyak dipertanyakan. Kita pasrahkan kepada Allah. Dia paling tahu mana yang terbaik. Akan lebih bermanfaat, jika umat lebih menyibukkan diri untuk beramal demi kebaikannya di akhirat.
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Sumber: konsultasisyariah.com
Benarkah bahasa penduduk surga itu bahasa arab? Dan penduduk neraka berbahasa selain arab?
Mohon pecerahannya.
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Terdapat riwayat dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu secara marfu’, yang menyatakan,
أحبوا العرب لثلاث لأني عربي ، والقرآن عربي ، وكلام أهل الجنة عربي
“Cintailah arab karena 3 hal, (1) karena saya orang arab, (2) karena al-Quran berbahasa arab, dan (3) bahasa penduduk surga adalah bahasa arab.”
Hadis ini diriwayatkan at-Thabrani dalam al-Ausath, al-Hakim dalam al-Mustadrak dan Baihaqi dalam Syuabul Iman. Dalam sanadnya terdapat perawi bernama al-Alla bin Amr, yang oleh ad-Dzahabi dinilai matruk. Dan beliau menyebut hadis ini sebagai hadis palsu. Kemudian Abu Hatim menilainya pendusta. Hingga Imam al-Albani mennyebutkan bahwa ulama sepakat hadis ini palsu. (Silsilah al-Ahadits ad-Dhaifah, 1/293).
Karena itu, Syaikhul Islam menegaskan bahwa hadis ini tidak bisa jadi dalil.
Dalam al-Iqtidha, ketika beliau membahasa hadis ini, beliau menyatakan,
وأبو الفرج بن الجوزي ذكر هذا الحديث في الموضوعات ، وقال : قال الثعلبي : لا أصل له ، وقال ابن حبان : يحيى بن زيد يروي المقلوبات عن الأثبات ، فبطل الاحتجاج به
“Ibnul Jauzi mencantumkan hadis ini dalam kitab al-Maudhu’at (daftar hadis palsu). Beliau menyebutkan bahwa at-Tsa’labi menilainya, ‘La ashla lahu’ (tidak ada sumbernya). Sementara Ibnu Hibban menyebutkan bahwa Yahya bin Zaid (salah satu perawi hadis ini) meriwayatkan dari perawi yang tsiqqah kebalik-balik. Sehingga tidak bisa jadi dalil. (Iqtidha as-Shirat al-Mustaqim, 1/443)
Kemudian, disebutkan dalam riwayat dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu secara marfu’,
أنا عربي ، والقرآن عربي ، ولسان أهل الجنة عربي
“Saya orang arab, al-Quran berbahasa arab, dan penduduk surga berbahasa arab.”
Hadis ini juga diriwayat at-Thabrani dalam Mu’jam al-Ausath, dan ulama menilainya sebagai hadis palsu. (Silsilah ad-Dhaifah, 1/298).
Dalam Fatwa Islam disimpulkan,
والحاصل أنه لم يرد دليل صحيح يبين اللغة التي يتكلم بها أهل الجنة
Kesimpulannya, tidak terdapat dalil shahih yang menjelaskan tentang bahasa yang digunakan penduduk surga. (Fatwa Islam, no. 83262)
Apa Bahasa Penduduk Surga?
Syaikhul Islam pernah ditanya,
بماذا يخاطب الناس يوم البعث ؟ وهل يخاطبهم الله تعالى بلسان العرب ؟ وهل صح أن لسان أهل النار الفارسية وأن لسان أهل الجنة العربية ؟
Apa bahasa yang digunakan pada hari kiamat? Apakah Allah mengajak bicara makhluknya dengan bahasa arab? Apakah benar, bahasa penduduk neraka adalah bahasa persi, sementara bahasa penduduk surga adalah bahasa arab?
Jawaban Syaikhul Islam,
الحمد لله رب العالمين لا يُعلم بأي لغة يتكلم الناس يومئذ ، ولا بأي لغة يسمعون خطاب الرب جل وعلا ؛ لأن الله تعالى لم يخبرنا بشيء من ذلك ولا رسوله عليه الصلاة والسلام ، ولم يصح أن الفارسية لغة الجهنميين ، ولا أن العربية لغة أهل النعيم الأبدي ، ولا نعلم نزاعا في ذلك بين الصحابة رضي الله عنهم ، بل كلهم يكفون عن ذلك لأن الكلام في مثل هذا من فضول القول
Segala puji bagi Allah, Rabbul ‘alamin,
Kita tidak tahu, bahasa apa yang Allah gunakan untuk berkomuniasi pada hari kiamat. Kita juga tidak tahu, bahasa apa yang didengar oleh para makhluk ketika mereka berkomunikasi dengan Tuhannya. Karena Allah tidak menceritakan hal itu sama sekali, demikian pula Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan tidak ada riwayat yang shahih bahwa bahasa persi adalah bahasa penduduk neraka. Demikian pula, tidak ada riwayat shahih bahwa bahasa arab adalah bahasa penduduk surga. Dan kita juga tidak tahu adanya diskusi para sahabat Radhiyallahu ‘anhum tentang masalah ini. Bahkan mereka semua tidak memberikan komentar tentng bahasa kelak di akhirat. Karena membahas masalah ini termasuk pembahasan sia-sia.
Kemudian, Syaikhul Islam melanjutkan,
ولكن حدث في ذلك خلاف بين المتأخرين ، فقال ناس : يتخاطبون بالعربية ، وقال آخرون : إلا أهل النار فإنهم يجيبون بالفارسية ، وهى لغتهم في النار . وقال آخرون : يتخاطبون بالسريانية لأنها لغة آدم وعنها تفرعت اللغات . وقال آخرون : إلا أهل الجنة فإنهم يتكلمون بالعربية . وكل هذه الأقوال لا حجة لأربابها لا من طريق عقلٍ ولا نقل بل هي دعاوى عارية عن الأدلة والله سبحانه وتعالى أعلم وأحكم
Hanya saja, terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama belakangan. Sebagian mengatakan, Allah berkomunikasi dengan bahasa arab. Ada juga yang mengatakan, untuk penduduk neraka mereka berkomunikasi dengan bahasa persi. Dan itu menjadi bahasa mereka di neraka.
Ada juga yang mengatakan, komunikasi mereka dengan bahasa Suryani. Karena ini bahasa yang digunakan Nabi Adam. Dan semua bahasa turunan darinya. Kecuali ahli surga, mereka berbicara dengan bahasa arab.
Dan semua pendapat ini, tidak memiliki dasar pijakannya. Baik secara logika maupun dalil yang shahih. Ini semua hanya klaim tanpa dalil. Dan Allah ta’ala Maha Tahu dan Maha Bijaksana. (Majmu’ Fatawa, 4/300).
Baca Juga : Tolong Izinkan Saya Berzina dengan Anak Bapak
Nasehat yang sangat indah dari Syaikhul Islam, masalah bahasa di akhirat, sebaiknya tidak perlu banyak dipertanyakan. Kita pasrahkan kepada Allah. Dia paling tahu mana yang terbaik. Akan lebih bermanfaat, jika umat lebih menyibukkan diri untuk beramal demi kebaikannya di akhirat.
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Sumber: konsultasisyariah.com
0 komentar:
Post a Comment