Wednesday, 10 August 2016

Aku Menunggu Saat Dimana Kamu Jadi Imamku dan Akulah Makmumnya

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Tidak ada saat yang terbaik dalam hidupku, selain melihatmu berdiri
didepanku, membimbingku ke jalan Tuhan. Kita sama-sama berdoa dan memohon perlindungan-Nya. Saat kamu dan aku sudah tejalin dalam suatu ikatan yang halal, sebuah tali pernikahan, aku melihat wajahmu yang berseri dibalut dengan air wudhu yang menetes perlahan dari pelipis rambutmu dan matamu yang berbinar seakan ada jutaan bintang yang bersemi di dalamnya. Dalam hatiku aku terus-terusan berucap aku sangat ingin, sangat ingin segera untuk menjadi makmummu dan melihat wajah dan pemandangan itu setiap saat.

Aku Menunggu Saat Dimana Kamu Jadi Imamku dan Akulah Makmumnya



Aku Ingin Mencium Tanganmu dan Melihat Senyuman Indahmu

Saat kita selesai beribadah, kamu berbalik memandangku dengan mata yang dipenuhi oleh bintang yang akan membuatku terkesima sesaat, dan senyumanmu yang tegas tapi hangat membuatku begitu merasa beruntung karena telah memilikimu. Aku segera meraih tanganmu dan menciumnya dengan lembut. Kehangatan dari tanganmu membuat aku damai dan semakin percaya, tangan inilah yang nanti akan menuntunku ke surga bersamamu. Tangan inilah bukti perjuangan dalam mencari nafkah. Dan tangan inilah tangan yang memberikan aku kehangatan serta belaian lembut saat aku merindukanmu.

Ketika Kamu yang Melantunkan Doa, dan Aku yang Mengamini. Pasti Sangat Indah Waktu Itu

Kita sama-sama berdoa dalam kekhusu’an, kamu mengucapkan dan memohon doa, sedangkan aku yang mengamini. Sama halnya seperti itulah saat kita menjalin rumah tangga nanti. Aku akan senantiasa memberikan semangat dan doa untuk setiap usahamu. Saat kamu sedang berusaha menuaikan kewajiban sebagai kepala keluarga, kamu berdoa dan aku menguatkannya dengan mengucapkan “Amin”. Sehingga setiap doa yang kita harapkan dapat terkabulkan.

Setelahnya Kamu Tak pernah Lupa Untuk Membimbingku Membaca 1 atau 2 Butir Ayat

Aku yang masih bodoh dan tak mengerti bagaimana melantunkan ayat dengan baik, benar-benar kamu perhatikan. Kamu tahu saat kita punya anak nanti, akulah yang lebih banyak membantu anak-anak membaca ayat-ayat suci, sehingga aku harus memperbaiki bacaanku. Kamu begitu sabar membantu dan tidak mengeluh walaupun sedikit-sedikit aku pasti melakukan kesalahan. Aku begitu bodoh dan tak mengerti apa yang harus aku lakukan. Tapi menanggapi kebodohanku itu, kamu hanya tersenyum dan mengelus kepalaku perlahan. Kamu tahu aku sangat senang saat bisa bermanja denganmu disetiap kesempatan.

Aku Sangat Percaya, Saat Bersamamulah Nanti Aku Dapat Menjadi Manusia yang Sempurna

Memang tidak ada yang sempurna di dunia ini. dan saat kita merasa sudah begitu sempurna, itu berarti tandanya kita telah menemukan seseorang yang bisa menutupi kekurangan yang kita miliki. Aku sangat percaya bahwa kamu adalah orangnya. Dengan segala sifat dewasamu yang berusaha membimbingku, nasehatku yang terkadang membosankan. Tapi aku menyadari, itu yang terbaik untukku. Dan juga sikapmu yang membuat aku belajar untuk menghargai diriku sendiri dan orang lain. Tentu saja semua hal itu membuat aku yakin saat bersamamulah aku akan menjadi manusia yang lebih sempurna

Hingga Aku Tak Sabar Untuk Bisa Menjadi Makmum, dan Melihatmu Didepanku Sebagai Imamku dan Keluarga Kecil Kita

Aku membayangkan itu akan segera terjadi, kamu berdiri dengan khusu’ didepanku dan menjadi imam dan pimpinan dalam keluarga kecil kita. Kamu membimbingku dan menunjukkan arah kebahagiaan bersama. Sampai aku berharap tidak hanya menjadi makmummu di dunia saja. Biarlah aku tetap bersamamu hingga tubuh tak lagi ada di dunia yang fana ini dan tetap berdiri dibelakangmu dan mengikuti tuntunanmu.

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Aku Menunggu Saat Dimana Kamu Jadi Imamku dan Akulah Makmumnya

1 komentar: