Friday 16 September 2016

14 Kesalahan Umum Selama Bulan Ramadhan [1]

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Anak muda cenderung senang meniru dari artis, maka kegiatan
artis sselama ngabuburit juga diikuti. Sayangnya, tidak kegiatan tersebut juga jauh dari bentuk ibadah Suasana Ramadhan siang hari di Masjid Istiqlal

14 Kesalahan Umum Selama Bulan Ramadhan [1]


MESKI secara teori kita memahami benar makna berpuasa di bulan Ramadhan adalah bentuk ketaatan dan ibadah kepada Allah untuk memperoleh ketakwaan, yang terjadi malah puasa hanyalah rutinitas tahunan yang biasa saja. Tidak ada gairah keimanan di dalamnya. Kita berpuasa karena semua orang di sekeliling kita berpuasa. Seakan lupa bahwa inilah saatnya membersihkan jiwa dari segala bentuk penyakit hati dan dosa.

Memang benar, kita tidak boleh makan dan minum, tapi kita juga harus merencanakan target kebaikan di bulan penuh ampunan dan pahala ini. Pun sebaiknya kita menghindari hal-hal yang tidak berorientasi kepada ibadah. Berikut kesalahan umum yang terjadi di bulan Ramadhan.

Terlalu fokus dengan makanan berbuka
Pemandangan lumrah bagi sebagian orang di bulan Ramadhan dikelilingi makanan-makanan pembuka yang menggoda. Bahkan sebagian orang membuat makanan khusus yang hanya bisa ditemui di bulan Ramadhan. Ada juga yang membuat daftar khusus makanan baru apa yang mau dicoba setiap harinya saat berbuka. Sebenarnya tidak masalah jika ingin mencari rezeki di bulan Ramadhan (dan tidak menipu atau menjual makanan sisa yang diolah lagi kepada pembeli) atau menyantap hidangan spesial saat iftar.

Tapi jika ini yang justru lebih diutamakan ketimbang memperbanyak shalat sunnah, membaca al-Qur’an, dan ibadah lainnya, maka ini sebaiknya dihindari. Banyak juga dari saudara muslimah kita yang saat Ramadhan, jam dapurnya malah lebih lama daripada hari-hari biasa. Akhirnya, karena kelelahan, sampai tidak ikut shalat sunnah tarawih, tadarus, atau malah mengakhirkan shalat. Astaghfirullah.

يَا بَنِي آدَمَ خُذُواْ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وكُلُواْ وَاشْرَبُواْ وَلاَ تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

 “… Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap memasuki masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” (QS:  Al-A’raf [7]:31)

Makan berlebihan
Agar tahan lapar lebih lama, ada yang sengaja mengisi penuh perutnya dengan makanan. Atau, iftar sebagai balas dendam, tidak akan berhenti sampai perut benar-benar merasa kenyang. Tentu saja ini bertentangan dengan sunnah. Allah dan RasulNya memerintahkan orang beriman untuk tidak berlebih-lebihan dalam segala hal.

ما ملأ آدميٌّ وعاءً شرًّا من بطن، بحسب ابن آدم أكلات يُقمن صلبَه، فإن كان لا محالة، فثُلثٌ لطعامه، وثلثٌ لشرابه، وثلثٌ لنفَسِه

“Tidaklah anak Adam memenuhi tempat yang lebih buruk daripada perutnya, ukuran bagi (perut) anak Adam adalah beberapa suapan yang mampu menegakkan tulangnya. Jika jiwanya menguasai dirinya, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga untuk bernapas.” (HR. Ibnu Majah dan at-Tirmidzi)

Terlalu kenyang membuat kita malas beribadah. Jadi, sederhanalah dalam makanan dan minuman saat sahur dan berbuka.

Tidur Seharian
نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ، وَصَمْتُهُ تَسْبِيْحٌ، وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ، وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ، وَذَنْبُهُ مَغْفُوْرٌ

“Tidurnya orang berpuasa adalah ibadah. Diamnya adalah tasbih, do’anya adalah do’a yang mustajab. Pahala amalannya pun dilipatgandakan.”

Meski hadits di atas diriwayatkan oleh al-Baihaqi, para ahli hadits menghukumi hadits di atas lemah, karena ada dua orang perawi yang dianggap lemah. Maka hadits di atas tidak bisa dijadikan acuan utama untuk bermalas-malasan selama berpuasa. Kecuali jika tidurnya diniatkan untuk ibadah. Misalnya, niat tidur agar malam bisa bangun shalat dan bermunajat pada Allah Subhanahu Wata’ala.

Praktisi kesehatan yang mengajurkan puasa sebagai metode penyembuhan, malah menyarankan orang yang berpuasa untuk giat berolahraga. Karena pada dasarnya, puasa, jika dilakukan secara teratur, justru memberikan kekuatan, bukan melemahkan badan. Tidak heran banyak peperangan dalam sejarah Islam yang berlangsung di bulan Ramadhan, justru menemui kemenangan gemilang.

Di sisi lain, di zaman Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam,Ramadhan justru digunakan untuk perang dan jihad. Bukan bermalas-malasan.

Ngabuburit
Istilah ngabuburit, menurut penulis buku Mulyati M. Yasin, berasal dari bahasa Sunda yang artinya menunggu datangnya waktu Maghrib atau matahari terbenam. Kemudian istilah ini dipopulerkan oleh media hiburan, baik televisi, radio, ataupun koran lewat pertanyaan yang mereka ajukan kepada para artis dan selebriti.

Singkatnya, karena anak muda cenderung senang meniru dari artis, maka kegiatan artis sselama ngabuburit juga diikuti. Sayangnya, tidak kegiatan tersebut juga jauh dari bentuk ibadah. Entah jalan-jalan, nongkrong, nonton TV, mendengarkan musik dan lain sebagainya.

Dengan kemajuan teknologi, hiburan pun bisa diakses dari genggaman. Tidak sedikit yang malah menghabiskan waktu di depan layar smartphone ketimbang membaca al-Qur’an. Facebook, Instagram, Twitter, dan aplikasi hiburan lainnya mendapat jatah lebih lama ketimbang ibadah yang seharusnya diperbanyak di bulan ini.

Ngebut Saat Shalat Tarawih
Thuma’ninah merupakan bagian dari rukun shalat. Thuma’ninah berarti seseorang tidak terburu-buru dalam shalatnya. Rasulullah bahkan pernah menyuruh seseorang untuk mengulangi shalatnya karena tidak shalat dengan thuma’ninah. “Ulangilah shalatmu, karena sesungguhnya engkau belum shalat”.

Biasanya, mereka yang ngebut ini, yang memilih shalat tarawih sebanyak 23 rakaat. Padahal dalam hadits disebutkan, rasulullah tidak pernah memberi batasan tertentu dalam rakaat shalat tarawih. Sayang kan, jika 23 rakaat shalat kita sia-sia karena terburu-buru dalam shalat?

Tabarruj di Masjid
Ini merupakan peringatan untuk muslimah agar berhati-hati ketika keluar dari rumah menuju masjid. Memang kita dianjurkan untuk mengenakan pakaian terbaik ketika berangkat di Masjid, namun bukan berarti pakaian tersebut menarik perhatian orang lain. Hukum untuk memakai wewangian ketika pergi ke masjid hanya berlaku untuk lelaki, dan wanita hanya boleh memakainya di rumah. Pada dasarnya, wanita boleh berhias sesuka hatinya (dengan batasan syariat) tapi hanya untuk suami dan muhrimnya.

Jika Anda khawatir tidak bisa menghindari hal tersebut, maka shalatlah di rumah, karena ia lebih utama bagi wanita. Pahala shalat Anda di rumah in syaa Allah tidak terkurangi hanya karena Anda tidak shalat di masjid. Namun jika Anda khawatir tidak bisa mengamalkan shalat sunnah kecuali berjama’ah di masjid, maka silakan Anda pergi ke masjid. Tapi ingat batasan-batasan yang harus Anda penuhi.*/ Karina Choirunisa, Ibu rumah tangga di Depok, Jawa Barat

bersambung….

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : 14 Kesalahan Umum Selama Bulan Ramadhan [1]

0 komentar:

Post a Comment