(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Silih berganti pemerintahan yang telah berjalan di Republik Indonesia,
semua bersikap tegas bagi pembelaan atas bangsa Palestina untuk merdeka dan terbebas dari intimidasi dan teror zionis Israel.
Presiden Soekarno (1945-1967), Soeharto (1967-1998), BJ Habibie (1998-1999), Abdurrahman Wahid (1999-2001), Megawati Soekarnoputri (2001-2004), Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2014), hingga Presiden Joko Widodo (2014-sekarang) tetap tampil sebagai Kepala Negara/Kepala Pemerintahan dari negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia yang kokoh membela Palestina.
Palestina ibarat Indonesia di belahan dunia lain tetapi sangat dekat dengat hati bangsa Indonesia. Palestina turut membantu perjuangan bangsa Indonesia meraih kemerdekaan dan termasuk dalam barisan negara pertama di samping Mesir yang mengakui kedaulatan kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Simbol-simbol kedekatan kedua negara juga terlihat, misalnya, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, diambil dari nama Al Quds (berarti Kota Suci di Yerusalem) oleh Sunan Kudus (Jafar Shadiq), salah satu Wali Songo yang menyebarkan Islam di Pulau Jawa, yang lahir di Al Quds (Yerusalem) 4 September 1400 dan wafat 5 Mei 1550 di Kudus. Semasa hidupnya, ia bahkan membangun Masjidil Al Aqsha Menara Kudus.
Di Palestina juga terdapat beberapa masjid yang dibangun oleh rakyat Indonesia. Masjid Daarut Tauhiid Indonesia di Gaza misalnya yang diresmikan pada 31 Desember 2015, berdiri di atas tanah milik Departemen Agama dan Perwakafan Palestina.
Di Gaza, Palestina, juga berdiri Rumah Sakit Indonesia yang dibangun rakyat Indonesia di tanah wakaf pemerintah Palestina seluas 16.261 meter persegi dan memiliki kapasitas 100 tempat tidur. Rumah Sakit Indonesia mulai beroperasi pada 27 Desember 2015.
Konflik berkepanjangan antara bangsa Yahudi yang menduduki Palestina, sejak bangsa Yahudi Israel bermigrasi ke Palestina dari Eropa pada 1882 dan mengklaim Palestina sebagai "tanah yang dijanjikan" untuk bangsa Yahudi. Inggris menguasai wilayah Palestina setelah Perang Dunia I dimenangkan oleh Pasukan Sekutu. Inggris memperkokoh pemukiman Yahudi di Palestina.
Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 181 pada 29 November 1947 membagi Palestina menjadi wilayah Arab Palestina dan wilayah Yahudi Israel. Resolusi itu dengan sendirinya mengakui keberadaan Israel di Palestina.
Israel memproklamasikan kemerdekaan dari Inggris pada 14 Mei 1948, sehari sebelum Inggris mengakhiri kekuasaannya di Palestina. AS dan sekutunya langsung mengakui kemerdekaan Israel. Bangsa Palestina menjadi terjajah di negerinya sendiri oleh Israel yang mendudukinya. Wilayah pendudukan Israel di Palestina semakin luas, bangsa Palestina diperangi oleh Israel.
Israel dibantu AS dan sekutunya bahkan menyerang ke berbagai negara Arab di sekitar Palestina, seperti Mesir, Yordania, dan Suriah. Israel tak mematuhi berbagai resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menempuh perdamaian dengan Palestina.
Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) berdiri pada 1964 di pengasingan untuk berjuang memerdekakan Palestina dari Israel. PLO dipimpin oleh Yasser Arafat, pejuang Palestina, dan PLO bermarkas di Yordania sebelum kemudian pindah ke Libanon. Indonesia mendukung perjuangan bangsa Palestina.
Pada 25 Juli 1984, Pemimpin PLO Yasser Arafat bertemu dengan Presiden Soeharto di Istana Merdeka, Jakarta. Dalam pertemuan perdana kedua kepala pemerintahan itu, Soeharto menegaskan bahwa Republik Indonesia mendukung penuh perjuangan rakyat Palestina memperoleh kemerdekaannya sebagai hal prinsipil dan secara politis sesuai dengan Pembukaan UUD 1945.
Pada 15 November 1988, Pemimpin PLO Yasser Arafat di Aljazair memproklamasikan kemerdekaan Palestina sebagai negara berdaulat berbentuk republik parlementer dengan ibu kota negara berada di Al Quds Al Sharif, Yerusalem Timur. Arafat menjadi Presiden Otoritas Palestina yang pertama. Proklamasi kemerdekaan Palestina itu langsung mendapat pengakuan dari Indonesia dan disambut dengan suka cita.
Pada 19 Oktober 1989, Indonesia dan Palestina menandatangani kesepakatan dimulainya hubungan diplomatik. Penandatanganan dilakukan oleh Menteri Luar Negeri saat itu Ali Alatas dan pejabat PLO Farouk Kaddoumi.
Palestina membuka kedutaan besar di Jakarta, sedangkan pemerintah Indonesia menugaskan Kepala Misi ke Republik Tunisia sebagai Duta Besar non-residen Palestina sebelum kemudian Kedutaan Besar RI untuk Yordania merangkap Negara Palestina berkedudukan di Amman, Yordania.
Pada KTT ke-10 Gerakan Non-Blok (GNB) atau Non-Allignment Movement (NAM) di Jakarta pada 1-6 September 1992, Arafat kembali datang ke Jakarta dan konferensi itu memperteguh dukungan Indonesia bersama negara-negara anggota GNB untuk memberikan dukungan penuh bagi kemerdekaan Palestina.
Pada 16 Agustus 2000, sehari sebelum Peringatan HUT ke-55 Proklamasi Kemerdekaan RI, Presiden Abdurrahman Wahid didampingi Wapres Megawati Soekarnoputri menerima kedatangan Presiden Otoritas Palestina Yasser Arafat di Istana Merdeka, Jakarta.
Gus Dur seusai pertemuan itu menegaskan bahwa Indonesia terikat kepada keputusan mendukung Palestina, sedangkan Arafat menyebutkan hingga saat itu telah ada 123 negara mendukung negara Palestina.
Kekejian militer Israel tetap membunuh rakyat Palestina meskipun seruan dan desakan perdamaian digaungkan oleh banyak negara termasuk dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Setelah bertahan dari kungkungan penyakit selama tiga tahun dan berada di Markas Besar PLO di Ramallah, Palestina, pada kondisi di tengah konflik berkepanjangan dengan Israel, Yasser Arafat wafat di Rumah Sakit di Paris, Prancis, pada 11 November 2004 dalam usia 75 tahun.
Pemerintah Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang baru dilantik setelah terpilih dalam Pilpres 2014, menyampaikan duka cita yang amat mendalam. Pada 9 Januari 2005 Mahmoud terpilih sebagai Presiden Otoritas Palestina menggantikan Arafat.
Pemerintah Indonesia dalam berbagai forum internasional, termasuk saat Indonesia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan, Dewan HAM PBB, atau dalam Majelis Umum PBB, terus menyerukan perdamaian di Palestina. Begitu pula dalam setiap sidang Organisasi Kerja Sama Islam atau saat sebelumnya masih bernama Organisasi Konferensi Islam.
Namun Israel masih membobardir bangsa Palestina di tanah Palestina. Mereka sama sekali tak menghormati Palestina bahkan setelah bendera Palestina berkibar di PBB sejak 30 September 2015.
semua bersikap tegas bagi pembelaan atas bangsa Palestina untuk merdeka dan terbebas dari intimidasi dan teror zionis Israel.
Presiden Soekarno (1945-1967), Soeharto (1967-1998), BJ Habibie (1998-1999), Abdurrahman Wahid (1999-2001), Megawati Soekarnoputri (2001-2004), Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2014), hingga Presiden Joko Widodo (2014-sekarang) tetap tampil sebagai Kepala Negara/Kepala Pemerintahan dari negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia yang kokoh membela Palestina.
Palestina ibarat Indonesia di belahan dunia lain tetapi sangat dekat dengat hati bangsa Indonesia. Palestina turut membantu perjuangan bangsa Indonesia meraih kemerdekaan dan termasuk dalam barisan negara pertama di samping Mesir yang mengakui kedaulatan kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Simbol-simbol kedekatan kedua negara juga terlihat, misalnya, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, diambil dari nama Al Quds (berarti Kota Suci di Yerusalem) oleh Sunan Kudus (Jafar Shadiq), salah satu Wali Songo yang menyebarkan Islam di Pulau Jawa, yang lahir di Al Quds (Yerusalem) 4 September 1400 dan wafat 5 Mei 1550 di Kudus. Semasa hidupnya, ia bahkan membangun Masjidil Al Aqsha Menara Kudus.
Di Palestina juga terdapat beberapa masjid yang dibangun oleh rakyat Indonesia. Masjid Daarut Tauhiid Indonesia di Gaza misalnya yang diresmikan pada 31 Desember 2015, berdiri di atas tanah milik Departemen Agama dan Perwakafan Palestina.
Di Gaza, Palestina, juga berdiri Rumah Sakit Indonesia yang dibangun rakyat Indonesia di tanah wakaf pemerintah Palestina seluas 16.261 meter persegi dan memiliki kapasitas 100 tempat tidur. Rumah Sakit Indonesia mulai beroperasi pada 27 Desember 2015.
Konflik berkepanjangan antara bangsa Yahudi yang menduduki Palestina, sejak bangsa Yahudi Israel bermigrasi ke Palestina dari Eropa pada 1882 dan mengklaim Palestina sebagai "tanah yang dijanjikan" untuk bangsa Yahudi. Inggris menguasai wilayah Palestina setelah Perang Dunia I dimenangkan oleh Pasukan Sekutu. Inggris memperkokoh pemukiman Yahudi di Palestina.
Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 181 pada 29 November 1947 membagi Palestina menjadi wilayah Arab Palestina dan wilayah Yahudi Israel. Resolusi itu dengan sendirinya mengakui keberadaan Israel di Palestina.
Israel memproklamasikan kemerdekaan dari Inggris pada 14 Mei 1948, sehari sebelum Inggris mengakhiri kekuasaannya di Palestina. AS dan sekutunya langsung mengakui kemerdekaan Israel. Bangsa Palestina menjadi terjajah di negerinya sendiri oleh Israel yang mendudukinya. Wilayah pendudukan Israel di Palestina semakin luas, bangsa Palestina diperangi oleh Israel.
Israel dibantu AS dan sekutunya bahkan menyerang ke berbagai negara Arab di sekitar Palestina, seperti Mesir, Yordania, dan Suriah. Israel tak mematuhi berbagai resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menempuh perdamaian dengan Palestina.
Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) berdiri pada 1964 di pengasingan untuk berjuang memerdekakan Palestina dari Israel. PLO dipimpin oleh Yasser Arafat, pejuang Palestina, dan PLO bermarkas di Yordania sebelum kemudian pindah ke Libanon. Indonesia mendukung perjuangan bangsa Palestina.
Pada 25 Juli 1984, Pemimpin PLO Yasser Arafat bertemu dengan Presiden Soeharto di Istana Merdeka, Jakarta. Dalam pertemuan perdana kedua kepala pemerintahan itu, Soeharto menegaskan bahwa Republik Indonesia mendukung penuh perjuangan rakyat Palestina memperoleh kemerdekaannya sebagai hal prinsipil dan secara politis sesuai dengan Pembukaan UUD 1945.
Pada 15 November 1988, Pemimpin PLO Yasser Arafat di Aljazair memproklamasikan kemerdekaan Palestina sebagai negara berdaulat berbentuk republik parlementer dengan ibu kota negara berada di Al Quds Al Sharif, Yerusalem Timur. Arafat menjadi Presiden Otoritas Palestina yang pertama. Proklamasi kemerdekaan Palestina itu langsung mendapat pengakuan dari Indonesia dan disambut dengan suka cita.
Pada 19 Oktober 1989, Indonesia dan Palestina menandatangani kesepakatan dimulainya hubungan diplomatik. Penandatanganan dilakukan oleh Menteri Luar Negeri saat itu Ali Alatas dan pejabat PLO Farouk Kaddoumi.
Palestina membuka kedutaan besar di Jakarta, sedangkan pemerintah Indonesia menugaskan Kepala Misi ke Republik Tunisia sebagai Duta Besar non-residen Palestina sebelum kemudian Kedutaan Besar RI untuk Yordania merangkap Negara Palestina berkedudukan di Amman, Yordania.
Pada KTT ke-10 Gerakan Non-Blok (GNB) atau Non-Allignment Movement (NAM) di Jakarta pada 1-6 September 1992, Arafat kembali datang ke Jakarta dan konferensi itu memperteguh dukungan Indonesia bersama negara-negara anggota GNB untuk memberikan dukungan penuh bagi kemerdekaan Palestina.
Pada 16 Agustus 2000, sehari sebelum Peringatan HUT ke-55 Proklamasi Kemerdekaan RI, Presiden Abdurrahman Wahid didampingi Wapres Megawati Soekarnoputri menerima kedatangan Presiden Otoritas Palestina Yasser Arafat di Istana Merdeka, Jakarta.
Gus Dur seusai pertemuan itu menegaskan bahwa Indonesia terikat kepada keputusan mendukung Palestina, sedangkan Arafat menyebutkan hingga saat itu telah ada 123 negara mendukung negara Palestina.
Kekejian militer Israel tetap membunuh rakyat Palestina meskipun seruan dan desakan perdamaian digaungkan oleh banyak negara termasuk dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Setelah bertahan dari kungkungan penyakit selama tiga tahun dan berada di Markas Besar PLO di Ramallah, Palestina, pada kondisi di tengah konflik berkepanjangan dengan Israel, Yasser Arafat wafat di Rumah Sakit di Paris, Prancis, pada 11 November 2004 dalam usia 75 tahun.
Pemerintah Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang baru dilantik setelah terpilih dalam Pilpres 2014, menyampaikan duka cita yang amat mendalam. Pada 9 Januari 2005 Mahmoud terpilih sebagai Presiden Otoritas Palestina menggantikan Arafat.
Pemerintah Indonesia dalam berbagai forum internasional, termasuk saat Indonesia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan, Dewan HAM PBB, atau dalam Majelis Umum PBB, terus menyerukan perdamaian di Palestina. Begitu pula dalam setiap sidang Organisasi Kerja Sama Islam atau saat sebelumnya masih bernama Organisasi Konferensi Islam.
Namun Israel masih membobardir bangsa Palestina di tanah Palestina. Mereka sama sekali tak menghormati Palestina bahkan setelah bendera Palestina berkibar di PBB sejak 30 September 2015.
fakta yang tidak bisa dipungkiri
ReplyDeleteSELAPUT DARA BUATAN KEMBALIKAN KEPERAWANAN
ALAT PEMBESAR PENIS ALAMI
ALAT BANTU SEX PRIA
ALAT BANTU SEX WANITA
VAGINA ELEKTRIK
VAGINA MANUAL
PENIS ELEKTRIK
PENIS MANUAL
OBAT KUAT PRIA
OBAT PELANGSING BADAN ALAMI
OBAT PERANGSANG WANITA
OBAT PERANGSANG CAIR
OBAT PERANGSANG SERBUK
OBAT TIDUR ALAMI
OBAT PERANGSANG SPRAY
OBAT PENGGEMUK BADAN HERBAL
AKSESORIS SEX PRIA WANITA
OBAT MATA HERBAL
SEMENAX OBAT HERBAL PENAMBAH SPERMA
CELANA HERNIA MAGNETIK
OBAT PEMBESAR PAYUDARA ALAMI
MINYAK PEMBESAR PENIS
OBAT PEMBESAR PENIS