5 HAL SEPELE ANTARA SUAMI DAN ISTRI YANG MAMPU MEMBUAT ALLAH MELIMPAHKAN RAHMAT DAN KASIH SAYANG-NYA BANTU SHARE

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Menikah disebut-sebut sebagai penyempurna sebagian agama.
Dengan menikah diharapkan laki-laki maupun wanita mampu berkonsentrasi untuk lebih nyaman melakukan ibadah kepada Alla Subhanahu wa Ta’ala. Serta tidak melulu memikirkan siapa jodoh sejatinya.

Selain itu, menikahpun mampu mendatangkan keberkahan hingga ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan hanya dengan melakukan hal-hal kecil seperti berikut antara suami dengan istrinya.

Menggenggam tangan
“…manakala suaminya merengkuh telapak tangannya (diremas-remas), maka berguguranlah dosa-dosa suami-istri itu dari sela-sela jari-jemrinya.” (Diriwayatkan Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi’ dari Abu Sa’id Al-Khudzri Radhiyallahu Anha)

Saling bertatapan

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Sesungguhnya ketika seorang suami memperhatikan istrinya dan istrinya memperhatian semuanya, maka Allah memperhatikan mereka berdua dengan perhatian penuh rahmat.” (Diriwayatkan Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi’ dari Abu Sa’id Al-Khudzri Radhiyallahu Anha)

Membantu Istri menyelesaikan pekerjaan rumah
Al-Aswad bin Yazid bertanya kepada Aisyah, “Apa yang biasa dilakukan Nabi s.a.w. di dalam rumah?” Aisyah menjawab, “Beliau biasa membantu pekerjaan istrinya. Bila tiba waktu shalat, beliau pun keluar untuk mengerjakan shalat”. [H.R. Bukhari]

Membelai dan menyayangi istri
“Rasululloh SAW biasa setiap hari tidak melupakan untuk mengunjungi kami (para istrinya) seorang demi seorang. Beliau menghampirinya dan membelainya, sekalipun tidak mencampurinya, sehingga sampai ke tempat istri yang tiba gilirannya, lalu bermalam di situ.” (HR. Abu Dawud)

Bersenang-senang dengan pasangan dan anak
”Segala sesuatu yang dijadikan permainan oleh anak Adam adalah bathil, kecuali tiga perkara, melepaskan panah dari busurnya, latihan berkuda, dan senda gurau (mula’abah) bersama keluarganya, karena itu adalah hak bagi mereka.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Kabir , Silsilah As-Shahihah no. 309)