Friday 21 October 2016

Inilah Tang Kamau Dapat Tahajjud dan Istighfar di Malam Hari

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Di antara ibadah sunnah yang sangat ditekankan dalam Islam adalah
shalat Tahajjud. Demikian di­te­kankannya Tahajjud, sampai-sampai secara khusus disebutkan dalam Al-Quran dan disebutkan pula keutamaan bagi orang yang melakukannya.

Inilah Tang Kamau Dapat Tahajjud dan Istighfar di Malam Hari


Selain Tahajjud, istighfar pun sangat dianjurkan untuk selalu dilakukan. Da­lam ungkapannya berikut ini pengarang menekankan kedua hal tersebut. Marilah kita simak dengan seksama apa yang dikatakan oleh pengarang dan penjelas­annya dari pensyarah.


Pengarang mengatakan:

Apabila engkau terbangun di malam hari,  Tahajjud-lah
Dan istighfarlah untuk orang-orang mukmin dan merataplah
 

www.majalah-alkisah.comPenjelasan Pengasuh
Maksudnya: apabila engkau ter­ba­ngun dari tidur di malam  hari, lakukanlah shalat sunnah meski hanya satu rakaat, sebagaimana yang dikatakan Syaikh Asy-Syibramalisi. Dua rakaat di tengah malam merupakan harta simpanan dari simpanan-simpanan kebaikan. Maka perbanyaklah simpanan-simpanan ke­baikan untuk hari kebutuhanmu, yaitu hari ketika tak ada kerabat yang dapat memberikan manfaat bagimu dan tiada penolong yang dapat membantumu.

Nabi SAW bersabda kepada Abu Dzar RA, “Jika engkau hendak bepergi­an, apakah engkau mempersiapkan per­lengkapan untuk itu?”
Abu Dzar menjawab, “Ya.”
Nabi bersabda, “Lalu bagaimana de­ngan kepergian menempuh hari Kiamat? Inginkah engkau aku beri tahukan, wahai Abu Dzar, sesuatu yang dapat berguna bagimu di hari itu?”
Abi Dzar berkata, “Tentu, wahai Rasulullah.”
Nabi bersabda, “Berpuasalah di hari yang sangat panas untuk hari kebang­kit­an, shalatlah dua rakaat di kegelapan malam untuk menghadapi kecemasan di dalam kubur, berhajilah dengan haji yang sempurna untuk perkara-perkara berat (di akhirat), bersedekahlah dengan sedekah yang baik kepada orang miskin atau dengan ucapan benar yang engkau ucapkan, atau dengan meninggalkan ucapan yang buruk.”

Nabi SAW juga bersabda, “Laku­kanlah oleh kalian shalat malam, karena hal itu merupakan  kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian,  pendekat­an diri kepada Allah Ta`ala, pencegah dari dosa, penghapus segala kesalahan, dan penolak penyakit dari tubuh.”
Beliau juga bersabda, “Dua rakaat di tengah malam yang dilakukan oleh se­orang anak Adam  lebih baik daripada dunia dan seisinya. Dan jika saja tidak memberatkan umatku, niscaya aku me­wajibkan dua rakaat shalat malam ter­sebut kepada mereka.”

Diriwayatkan bahwa Allah membang­gakan orang-orang yang melakukan shalat malam kepada para malaikat. Allah berfirman, “Lihatlah hamba-hamba-Ku. Sungguh mereka telah melakukan shalat di kegelapan malam, sehingga tidak ada yang melihat mereka selain Aku. Aku bersaksi kepada kalian bahwa­sanya Aku mempersilakan mereka me­nempati negeri kemuliaan-Ku.”

Kemudian setelah shalat, mohon ampunlah untuk orang-orang beriman, laki-laki dan perempuan. Nabi SAW ber­sabda, “Barang siapa memohonkan ampunan kepada Allah bagi orang-orang beriman laki-laki dan perempuan, nis­caya, dari setiap orang beriman laki-laki dan perempuan, Allah menuliskan bagi­nya satu kebaikan.”

Nabi SAW juga bersabda, “Barang siapa memohon ampun kepada Allah setiap hari sebanyak 70 kali, niscaya ia tidak ditulis tergolong para pendusta. Dan barang siapa memohon ampun di setiap malam sebanyak 70 kali, niscaya ia tidak ditulis tergolong orang-orang yang lalai.”

Beliau juga bersabda, “Barang siapa memohon ampunan untuk orang-orang ber­iman laki-laki dan orang-orang ber­iman perempuan setiap hari sebanyak 27 kali, niscaya ia termasuk orang-orang yang mustajab doanya dan penghuni bumi diberikan rizqi sebab doa mereka.”
Di dalam hadits lain Nabi SAW ber­sabda, “Barang siapa memohon ampun­an kepada Allah setiap usai shalat se­banyak tiga kali, lalu ia mengucapkan:
 Astaghfirullahal-ladzi la ilaha illa huwal hayyal-qayyuuma wa atubu ilayh
‘Aku memohon ampunan kepada Allah, yang tiada Tuhan selain Dia, Dzat Yang Mahahidup lagi Maha Berdiri Sendiri, dan aku bertaubat kepada-Nya’
niscaya akan diampuni dosanya, meski­pun ia  telah melarikan diri dari pepe­rangan.”
Dan menangislah atas dosa-dosamu dan kekuranganmu dalam ibadah, se­bagaimana yang dikatakan oleh Syaikh Ali An-Najjariy:
 Sucikanlah hati dari segala kotoran
Obatnya adalah tangisanmu di waktu-waktu sahur
Yakni, kosongkanlah hatimu dari ma­suknya ke dalam hati perkara-per­kara yang dapat mengotorinya, seperti dengki, sombong, bangga diri, pebuatan menipu, riya’, cinta kepemimpinan dan pangkat, banyak bicara dan tawa canda.

Obat penawar hati tersebut adalah menangis di akhir malam, karena waktu tersebut adalah waktu kemuliaan dan saat turunnya rahmat-rahmat. Sebagai­mana disebutkan dalam hadits shahih dari Jabir, Nabi SAW bersabda, “Se­sungguhnya di malam hari ada satu waktu yang tidaklah bertepatan pada waktu itu seorang muslim memohon ke­baikan kepada Allah Ta`ala, melainkan Allah pasti akan memberikannya kepada hamba itu.”

Dan dalam riwayat lain, “Sesungguh­nya di malam hari ada satu waktu yang tidaklah  bertepatan pada waktu itu se­orang muslim meminta kepada Allah kebaikan-kebaikan urusan dunia dan akhirat melainkan Allah pasti memberi­kannya kepada hamba itu.”

Waktu tersebut ada di setiap malam, maka seyogianya bagi manusia agar “mendesak” (memohon dengan amat sangat) dalam berdoa untuk dirinya dan untuk orang lain, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang demi­kian dalam berdoa.

Masih melanjutkan pembahasannya tentang Tahajjud, dalam bahasan kali ini pengarang memaparkan perkara-per­kara yang dapat membuat orang men­jadi mudah untuk melakukan Tahajjud dan perkara-perkara yang membuat orang menjadi berat melakukannya. Marilah kita perhatikan penjelasan pengarang dan keterangan lebih ter­perinci dari pensyarah tentang masalah ini.
Pengarang mengatakan:

 Shalat Tahajjud dapat tertinggal ka­rena banyak perhatianmu
dan kesibukanmu dengan dunia, da­lam keadaan lalai
Juga memperbincangkan dunia, ke­mudian senda gurau dan bicara tak karuan
Begitu pun karena membuat lelah anggota tubuh dan banyak makan
Dan yang membantu Tahajjud ada­lah memperbaharui wudhu dan dzikirmu
sebelum matahari terbenam, mem­baca tasbih dengan menghadap kiblat
Juga beribadah antara waktu isya dan maghrib
Dan tidak berbicara setelah itu, se­raya mengabaikan urusan dunia
 

Penjelasan Pengarang
Maksud perkataan pengarang ada­lah demikian: Penyebab-penyebab lu­put­nya shalat Tahajjud ada empat per­kara. Yakni, pertama, keingingan dunia­wi di­sertai kelalaian terhadap akhirat. Kedua, pembicaraan yang tidak ada guna­nya, per­cakapan yang bathil, dan suara yang cam­pur aduk (hiruk pikuk dan semacam­nya). Ketiga, mele­lahkan anggota tubuh dengan berbagai pekerjaan di siang hari. Keempat, ba­nyak makan.
Kemudian penyebab-penyebab yang memudahkan orang untuk melakukan Tahajjud juga ada empat: Pertama, memperbaharui wudhu. Kedua, berdzikir sebelum matahari terbenam, termasuk tasbih. Ketiga, beribadah di antara waktu maghrib dan isya. Keempat, tidak ber­bicara di waktu tersebut.

Imam Al-Ghazali berkata, “Ketahui­lah, sesungguhnya mendirikan shalat malam itu sulit bagi manusia, kecuali bagi orang yang mendapat taufik untuk men­dirikannya dengan syarat-syaratnya yang memudahkan baginya secara lahir dan bathin.

Adapun hal-hal yang memudahkan secara lahiriah ada empat perkara: Per­tama, tidak banyak makan, karena ma­kan akan menyebabkan banyak minum, sehingga akan banyak tidur. Kedua, tidak melelahkan dirinya di siang hari dengan pekerjaan-pekerjaan yang dapat meletih­kan anggota-anggota tubuh dan urat-urat syaraf, karena itu pun dapat menye­bab­kan tidur. Ketiga, tidak meninggalkan tidur qailulah (tidur sejenak sebelum zhuhur), karena itu termasuk perbuatan sunnah yang dapat membantu bangun di waktu malam. Keempat, tidak melakukan dosa-dosa, karena dapat mengeraskan hati dan menjadi penghalang dirinya menda­patkan rahmat.

Adapun hal yang memudahkan se­cara bathin ada empat perkara: Pertama, hati bebas dari rasa dengki kepada se­sama muslim, dari perbuatan-perbuatan bid‘ah, dan dari keinginan dunia yang melebihi kebutuhan. Maka orang yang asyik menenggelamkan diri dalam ke­inginan memikirkan hal duniawi tidak akan mudah melakukan shalat malam. Seandainya pun ia lakukan, ia tidak me­mikirkan shalatnya itu, melainkan hanya me­mikirkan keinginan-keinginan dunia­nya. Pikirannya hanya seputar kekhawa­tiran-kekhawatiran tentang dunia.
Kedua, rasa takut yang kuat kepada Allah dan sedikit angan-angan. Apabila ia memikirkan keadaan-keadaan akhirat dan lembah-lembah neraka Jahanam, niscaya akan hilang keinginan tidurnya dan akan meningkat kewaspadaannya.

Ketiga, mengetahui keutamaan sha­lat malam dengan mendengarkan ayat-ayat, hadits-hadits, dan atsar-atsar (perkataan-perkataan sahabat) sehing­ga mantap harapan dan kerinduannya untuk meraih ganjaran. Dengan demiki­an akan menguat kerinduannya untuk mencari tambahan ganjaran dan akan menguat pula keinginannya kepada derajat-derajat surga.

Keempat, cinta kepada Allah dan keyakinan yang kuat bahwa tidak satu huruf pun yang ia ucapkan dalam shalat malamnya melainkan merupakan mu­najat kepada Tuhannya, dan Dia mem­perhatikan kepadanya serta menyaksi­kan apa yang tersirat di hatinya, dan bah­wasanya siratan-siratan hatinya itu berasal dari Allah Ta‘ala.

Apabila ia mencintai Allah Ta‘ala, ia akan suka menyepi dengan-Nya tanpa ragu-ragu dan merasa lezat bermunajat kepada-Nya. Maka kelezatan munajat kepada Sang Kekasih akan membuat­nya berlama-lama melakukan shalat malam.”

Diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa­sanya beliau bersabda, ”Barang siapa hendak tidur dan ingin terbangun di waktu tertentu, hendaknya ia tidur dalam kondisi berwudhu, dan ketika hendak tidur membaca ayat yang artinya, ”Kata­kanlah, ‘Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kalian, yang diwahyukan kepadaku… — hingga akhir surah.’.” (QS Al-Kahfi: 110). Lalu mengusap dadanya dengan tangan kirinya dan mengucapkan Allahumma nabihni fi waqti kadza atau fi sa`ati kadza (Ya Allah, bangunkan aku di waktu ini atau jam sekian). Maka ia akan terba­ngun di waktu tersebut dengan pasti.”

Imam An-Nawawi dalam kitab At-Tibyan berkata, “Apabila seseorang ter­bangun dari tidur di waktu malam di­sunnahkan membaca ayat-ayat terakhir surah Ali `Imran, yang artinya, ’Sesung­guhnya dalam penciptaan langit dan bumi… (hingga akhir surah tersebut)’, karena disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim bahwa Rasulullah SAW selalu membaca ayat-ayat terakhir surah Ali Imran apabila be­liau terbangun dari tidur.”

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Inilah Tang Kamau Dapat Tahajjud dan Istighfar di Malam Hari

1 komentar: