(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Jadikan sabar dan shalat sebagai penolongmu. Saya sudah sering
membaca dan mendengar kalimat yang terdapat dalam QS Al-Baqarah ayat 45 itu, tapi tak benar-benar memikirkannya.
Sampai suatu hari, saya mengalami sakit punggung atau back pain. Penasaran dengan penyakit tersebut, saya pun browsing dan menemukan bahwa kebiasaan duduk berjam-jam di depan komputer memberi tekanan pada piringan sendi dan ruas-ruas tulang belakang ketimbang saat berdiri atau berjalan, yang pada akhirnya menjadi sumber timbulnya sakit di bagian punggung.
Lantas apa yang harus saya lakukan? Itu hal pertama yang saya pikirkan. Akhirnya, saya menemukan jawaban bahwa melakukan stretching (peregangan) bisa meningkatkan fleksibilitas tubuh, yang ujung-ujungnya bisa membantu menyembuhkan sakit punggung.
Saya juga mendapat informasi, gerakan rukuk membawa efek serupa. Nah, hal inilah yang membuat saya bertanya-tanya, apa sebenarnya hubungan peregangan (stretching) dengan gerakan rukuk?
Rupanya saat kita melakukan gerakan rukuk akan terjadi peregangan (stretching) yang menyebabkan relaksasi di bagian ruas tulang belakang. Hal ini bisa dicapai bila kita melakukan gerakan rukuk yang sempurna; posisi punggung, leher, dan kepala sejajar. Ini sesuai ucapan Nabi Muhammad saw, “Tidak sempurna shalat seseorang hingga diluruskannya belakangnya di waktu rukuk dan di waktu sujud,” (HR Abu Dawud dan Tirmizi).
Tak hanya itu, gerakan rukuk melancarkan aliran darah serta membuat tubuh kita lebih fleksibel. Tetapi perlu diketahui, efek rukuk akan terasa bila gerakan ini dilakukan lebih lama (tuma’ninah).
Inilah yang mendorong saya melakukan evaluasi diri. Saya biasanya shalat dengan tergesa. Bertemu dengan Tuhan hanya karena saya tak mau disebut pendosa yang melalaikan kewajiban. Saya memohon pertolongan Allah melalui shalat kala mendapat cobaan. Setelah cobaan selesai, shalat pun kendur, bahkan ogah-ogahan.
Ketika saya membaca sabda Nabi saw yang berbunyi “Wahai Bilal jadikan shalat sebagai istirahatmu,” saya tidak menjalankannya. Saat shalat, justru segala pikiran berkecamuk, terutama bila pekerjaan tak kunjung terselesaikan.
Menyadari hal ini, saya bertekad melakukan perubahan. Dimulai dengan memperbaiki gerakan shalat dan melakukannya secara pelan. Mula-mula memang sulit karena saya terbiasa shalat serba cepat, tetapi saya paksakan.
Benar saja, efeknya pun mulai terasa. Ketika rukuk dilakukan dengan benar, ternyata sakit punggung saya berkurang. Saya jadi yakin bahwa sabar dan shalat memang penolong kita.
Sumber : ummi-online.com
membaca dan mendengar kalimat yang terdapat dalam QS Al-Baqarah ayat 45 itu, tapi tak benar-benar memikirkannya.
Sampai suatu hari, saya mengalami sakit punggung atau back pain. Penasaran dengan penyakit tersebut, saya pun browsing dan menemukan bahwa kebiasaan duduk berjam-jam di depan komputer memberi tekanan pada piringan sendi dan ruas-ruas tulang belakang ketimbang saat berdiri atau berjalan, yang pada akhirnya menjadi sumber timbulnya sakit di bagian punggung.
Lantas apa yang harus saya lakukan? Itu hal pertama yang saya pikirkan. Akhirnya, saya menemukan jawaban bahwa melakukan stretching (peregangan) bisa meningkatkan fleksibilitas tubuh, yang ujung-ujungnya bisa membantu menyembuhkan sakit punggung.
Saya juga mendapat informasi, gerakan rukuk membawa efek serupa. Nah, hal inilah yang membuat saya bertanya-tanya, apa sebenarnya hubungan peregangan (stretching) dengan gerakan rukuk?
Rupanya saat kita melakukan gerakan rukuk akan terjadi peregangan (stretching) yang menyebabkan relaksasi di bagian ruas tulang belakang. Hal ini bisa dicapai bila kita melakukan gerakan rukuk yang sempurna; posisi punggung, leher, dan kepala sejajar. Ini sesuai ucapan Nabi Muhammad saw, “Tidak sempurna shalat seseorang hingga diluruskannya belakangnya di waktu rukuk dan di waktu sujud,” (HR Abu Dawud dan Tirmizi).
Tak hanya itu, gerakan rukuk melancarkan aliran darah serta membuat tubuh kita lebih fleksibel. Tetapi perlu diketahui, efek rukuk akan terasa bila gerakan ini dilakukan lebih lama (tuma’ninah).
Inilah yang mendorong saya melakukan evaluasi diri. Saya biasanya shalat dengan tergesa. Bertemu dengan Tuhan hanya karena saya tak mau disebut pendosa yang melalaikan kewajiban. Saya memohon pertolongan Allah melalui shalat kala mendapat cobaan. Setelah cobaan selesai, shalat pun kendur, bahkan ogah-ogahan.
Ketika saya membaca sabda Nabi saw yang berbunyi “Wahai Bilal jadikan shalat sebagai istirahatmu,” saya tidak menjalankannya. Saat shalat, justru segala pikiran berkecamuk, terutama bila pekerjaan tak kunjung terselesaikan.
Menyadari hal ini, saya bertekad melakukan perubahan. Dimulai dengan memperbaiki gerakan shalat dan melakukannya secara pelan. Mula-mula memang sulit karena saya terbiasa shalat serba cepat, tetapi saya paksakan.
Benar saja, efeknya pun mulai terasa. Ketika rukuk dilakukan dengan benar, ternyata sakit punggung saya berkurang. Saya jadi yakin bahwa sabar dan shalat memang penolong kita.
Sumber : ummi-online.com
0 komentar:
Post a Comment